Sabtu, 18 April 2009

sebening hati anjani



Awal April
Anjani berdiri di sudut jendela kamarnya- entah berapa lama ia mematung disitu-hampa melihat kedepan-tak dirasakannya hujan yang tiba-tiba turun padahal terik matahari masih panas-panasnya menyengat kota Surabaya.
" seharusnya kamu bisa rasakan Jani..!, " tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian hatinya-suara yang tidak asing. Anjani tak bergeming.
" apapun bisa terjadi, kau lihat hujan itu, begitu damai tercurah ditemani terik matahari,"
Anjani masih terdiam seperti semula-Beberapa saat kemudian dicarinya sumber suara tadi-berdiri didepannya beberapa meter sosok yang belakangan ini selalu hadir dihari-harinya, Bian.
Cowok gagah itu dengan santainya masuk ke kamarnya-Brian memang bukan orang lain bagi Anjani dan keluarganya-bahkan boleh dibilang kerabat dekat-Brian adalah teman bermain waktu masih kecil hingga keluarga Brian memutuskan pindah ke Australia selepas mereka lulus SMP.-Ayah Bian adalah seorang Diploma-setelah itu hubungan putus komunikasi-lepas bagai layang-layang putus-terombang ambing-persis seperti itu perasaan Anjani ketika jauh dari Bian.
" pagi-pagi sudah ceramah !"
" haloooo !!!, what's time is it ?, jam 10 Jani !, kau bilang ini pagi ?"
klik disini untuk kelanjutannya









0 komentar:

Posting Komentar